Tampilkan postingan dengan label Awakening. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Awakening. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Juli 2017

Novel Awakening Bahasa Indonesia chapter 1 - chapter 2

Novel Awakening Bahasa Indonesia chater 1 - chapter 2


Tokyo, Jepang. Di sebuah SMA.

“Tolong hentikan…… Tolong”

Seorang Anak remaja tertelungkup di tanah.

“Udah bilangin kemarin lu mesti bawain gue duit. Beraninya lo gak ngikutin perintah gue. Rasain nih.”

Anak laki-laki yang lebih tinggi dari kelompok mereka menendang perut remaja tersebut. Anak itu langsung muntah sambil menangis kesakitan.

“Lu bikin gue jijik.”

Anak lain dengan anting-anting di telinga kirinya meludahi remaja tersebut kemudian melangkah ke samping. Anak lain yang mengenakan kemeja merah terus memukulinya tanpa henti.

” Terjadi lagi, bukankah dia terlalu berlebihan?”

“Sepertinya begitu.”

“Itu sudah cukup, Nobita. Atau apakah kamu ingin pergi ke pusat penahanan remaja lagi?”

Anak dengan kemeja merah ragu-ragu lalu berhenti.

“Lu musti inget, kalo lu gak bawain gue duit besok gue bakal lebih nyiksa lu besok.”

“Anak ini pura-pura pingsan lagi. Yuk cabut ke game center.”

“Gue gak ikut. Gue masih ada kelas.”

“Jangan sok rajin deh. Lu pasti sebenernya cuma mau liat guru les baru, bener gak? Kaya gak tau aja guru baru ntu punya dada gede ama muka cakep. Kita musti dapet kesempatan buat main ama dia nanti.”

“Ya bener.”

Suasana kembali tenang. Ketiga anak laki-laki tersebut meninggalkan remaja yang tergeletak di tanah seakan tidak ada yang terjadi.

Setelah beberapa saat, ia perlahan-lahan bangkit. Dia mengambil tisu untuk menyeka darah pada wajah dan bajunya. Kemudian mengambil tas dan perlahan masuk ke kelas.Dia terus menunduk saat ia memasuki ruangan untuk menyembunyikan memar nya. Begitu duduk, seseorang menyentuh bahunya dari belakang. Dia adalah Mizato Kazuo.

“Kelompok Yamamoto memukulmu lagi?”

“Tidak, aku tidak sengaja jatuh.”

“Berhenti berbohong. Gue bisa liat dari wajah lu. Untungnya aku bayar uang perlindungan beberapa hari yang lalu. Kalau nggak, mungkin nasib gue bakal sama kayak lu.”

“Lu tau gak Awata Rumiko dari kelas 3?”

Mizato tiba-tiba mengganti topik dan berkata dengan suara rendah.

“Bukankah dia gadis tercantik di kelas 3?”

“Bener. Gue pikir dia cuma nyebelin. Gue liat dia di jalan kemaren gandengan tangan ama om-om. Lu tau gak mereka kemana?”

Masashi jadi penasaran.

“Gue ngikutin mereka di belakang dan gue liat dengan mata kepala gue sendiri mereka masuk hotel cinta. Gak nyangka kan? Cewek ntu bisanya menyendiri di pojok, gak ada yang nyangka sebenernya dia pelacur. Gue jadi pengen ngelakuin itu ama dia!”

Masashi terkejut tapi dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana cara mendapatkan uang untuk besok. Hal itu membuat mood nya buruk. Masashi merasa iri saat ia menatap Mizato. Keluarga Mizato bisa dibilang kaya jadi dia tidak masalah dengan membayar biaya perlindungan.

Baginya, ia hanya mendapatkan sedikit uang saku setiap bulan. Game baru pun akan membutuhkan waktu lama dalam menabung untuk mwmbelinya. Memikirkan hal ini, ia jadi frustasi dan menyalahkan orang tuanya bercerai.

(Jika adik jelek ku meninggal, mungkin uang saku ku akan bertambah dua kali lipat.)
Dia segera menggeleng membuang pukiran negatif tersebut.

“Kenapa lu, kok geleng ?”

“Uh. Tidak, aku hanya merasa sedikit sakit kepala.”

Bel sekolah berbunyi. Para siswa mengambil buku mereka dan ruangan kembali tenang.

“Selamat pagi murid-murid.”

Guru perempuan tersenyum.

“Selamat pagi, Nona Naoko.”

Wanita cantik tersebut adalah guru mereka. Meskipun dia mengajar disini belum lama, dikelas dia sudah begitu populer.

Dia ingat percakapan mereka.

Masashi bersemangat sambil memandangi tubuh guru nya.

“Masashi kun, apa yang salah? Apakah kamu tidak merasa baik?”

“Aku …”

Masashi berdiri panik ketika namanya tiba-tiba disebut. Nona Naoko melihat sesuatu yang salah dengannya sejak masuk kelas. Dia terus menunduk dan tidak terlihat bersemangat.

“Wajahmu memar. Apa yang terjadi?”

“Aku … aku tidak sengaja jatuh.”

“Lain kali hati-hati. Apakah kamu ingin pergi ke rumah sakit?”

“Tidak … Tidak perlu.”

“Yakin?”

“Sangat yakin. Terima kasih sensei.”

Kata terakhir yang ia ucapkan tulus. Selain ibunya, kebanyakan orang tidak ada yang peduli. Ia menyesal memikirkan sesuatu yang cabul tentang Nona Naoko.

Tidak terasa waktu sudah siang. Para siswa mengambil bento mereka masing-masing. Masashi menunggu cukup lama sampai adiknya yang kutu buku muncul.

“Kau akhirnya datang. Lu tau gak udah berapa lama gue tunggu.”

Masashi berjalan sambil menekan kemarahannya karena kelaparan.

“Siapa suruh nungguin?.”

“Hirota Kazumi mengatakan dengan nada acuh tak acuh.

“Kau …”

Dia meraih bento dari tangannya dengan marah kemudian berjalan kembali ke tempat duduknya.

“Sepertinya adikmu perlu untuk di disiplinkan.Apakah kamu ingin aku mencobanya?”

Mizato berkata dengan nada aneh. Masashi yang tidak asing dengan AV (Adult Video) tahu apa yang ia dimaksud dengan disiplin.

“Tidak, terima kasih.”

Dia menjawab dengan nada acuh tak acuh yang sama seperti adiknya.

“Kasihan.”

Kepalanya nerasa dalam kekacauan selama sisa pelajaran. Dia tidak bisa memikirkan hal lain selain mendapatkan uang untuk besok.

Dan untuk menghindari bully. Masashi mengambil seminggu cuti karena sakit. Hal yang terjadi setelah seminggu, hanya waktu yang akan menjawab.

Meskipun ia mencoba untuk tidak memikirkan sekolah. Akhir minggu sudah semakin dekat, besok adalah hari terakhir, dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk membeli game. Setelah memikirkan hal itu, malah membuatnya semakin jengkel. Dia berjalan keluar dari rumahnya untuk memperbaiki mood.

Dia masih tidak tahu ke mana ia harus pergi. Saat ia berjalan tanpa berpikir. Pada akhirnya, ia pergi ke game center yang sering ia kunjungi. Masashi bermain dari siang sampai malam berusaha melupakan masalahnya.

Dalam perjalanan pulang, ia melihat seorang wanita tua mendaki bukit dengan tongkat.Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya.Jantungnya berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia menatap wanita tua itu sendirian dan jalan sepi.

(Setelah berhasil, aku akan punya cukup uang untuk membayar uang perlindungan dan mungkin punya sisa untuk membeli model Gundam terbaru.)

Dia tersenyum menjijikan. Setelah memantapkan tekadnya, dia berlari ke arah wanita tua itu.
———-
Ketika dia hanya berjarak 2 meter dari wanita tua tersebut, bayangan hitam dengan cepat melewatinya dan mencapai wanita tua dari sisi kiri.

“Ah! Tolong! Jambret! Jambret …”

Bayangan itu berlari dengan cepat saat wanita tua berteriak. Masashi sesaat terkejut menyaksikan penjambretan terjadi pada jarak dekat. Dia lupa sebelumya dia juga akan melakukan hal yang sama .

“Tangkap dia! Seseorang tolong! Anak yang disana, cepat, pergi tangkap orang itu! Cepat…”

Wanita tua tersebut melihat Masashi dan meminta bantuan.

“Aku … aku tidak …”

Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

“Pergi kejar dia, cepat.”

Wanita tua semakin menggila. Pikiran Masashi menjadi kosong kemudian ia mengikuti kata-katanya tanpa berpikir. Sayangnya, Orang itu berhenti dan memblokir jalan. Orang itu berbalik dan mengeluarkan belati.

“Bocah, bukankah ibumu pernah bilang tidak baik untuk mencampuri urusan orang lain?”
(Apa yang ku lakukan?)

Masashi bertanya pada dirinya sendiri.

“Aku … aku tidak ada hubungannya dengan itu. Aku tidak tahu apa-apa.”

“Mampus lu.”

pelaku berlari ke arah Musasi dan menusuk perutnya.

“Uh.”

Masashi melihat pisau diperutnya seakan tak percaya.

“Aku … aku tidak ingin mati. Tidak, aku tidak ingin mati …”

“Ingat! Lain kali urus masalahmu sendiri di ahirat.”

Pelaku mengeluarkan pisau. Darah menyembur keluar dari perutnya dan Masashi perlahan jatuh ke tanah.

Perlahan penglihatannya mulai kabur, ia takut.Dia tidak pernah berpikir tentang mati, bahkan ketika Yamamoto memukulinya. Dia tahu mereka tidak akan membunuhnya.

Tapi saat ini, dia menyadari bahwa dia akan mati. Akhirnya, ia tidak bisa melihat apa-apalagi.

####

“Saya minta maaf. Pasien meninggal selama perjalanan ke rumah sakit. Kami tidak bisa berbuat apa-apa.”

Para dokter berbicara dengan petugas setengah baya.

“Jadi begitu, sangat disayangkan anak yang baik meninggal dengan cara seperti ini. Apakah Anda sudah memberitahu keluarganya?”

“Ya, adiknya berada di luar. Orang tuanya mungkin akan tiba malam ini.”

“Di mana tubuhnya?”

“Di kamar mayat. Apakah Anda ingin melihatnya?”

“Tidak, kami akan mengirimkan tim forensik nanti. Saya berharap orang tuanya tidak akan merasa terlalu sedih.”

Tiba-tiba petir menyambar di langit. Suara gemuruh mengagetkan mereka berdua.

“Sepertinya akan turun hujan.”

“Ya.”

Kazumi agak sedih setelah mendengar kakaknya meninggal. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan yang baik, tapi mereka tetaplah tinggal bersama-sama selama bertahun-tahun.

“Aku tidak percaya dia mati dengan cara seperti itu.”

“Apakah pelakunya sudah tertangkap?”

Kazumi dengan cepat kembali tenang.

“Belum, tapi kami akan melakukan yang terbaik. Yakinlah.”

“Apa bedanya. Dia sudah mati.”

Pada saat yang sama, bola cahaya yang bersinar dikelilingi oleh petir muncul di kamar mayat. Cahaya itu terbang ke salah satu mayat seolah-olah sesuatu menariknya. Kemudian perlahan-lahan menghilang.

Pukul dua lewat tengah malam. Ibu Masashi tiba di rumah sakit sambil kelelahan. Begitu dia melihat putrinya, dia bertanya.

“Bagaimana Masashi? Apakah dia baik-baik saja?”

“Maaf, Nyonya. Anakmu sudah dipastikan meninggal. Saya benar-benar menyesal.”

Petugas mengatakan itu ketika ia melihat Kazumi tidak bisa menjawab ibunya.

“Tidak Kau bohong. Masashi tidak akan mati. Aku tidak percaya.”

Rumiko tersandung dan hampir jatuh. Kazumi pun segera memegang ibunya.

“Ibu, itu benar. Masashi sudah mati.”

Kazumi segera memalingkan wajah untuk tidak melihat ekspresi ibunya.

“Tidak Masashi tidak akan mati … dia tidak akan mati …”

Rumiko menangis di atas bahu putrinya. Setelah beberapa saat, dia menyeka air mata dan mencoba untuk berbicara dengan tenang

“Apa yang terjadi dengan Masashi? Tolong beritahu aku.

“Setelah mendengar segala sesuatu dari petugas, Rumiko berdiri.

“Ibu, apa yang Ibu lakukan?”

Kazumi takut ibunya melakukan sesuatu yang gila.

“Aku ingin melihat Masashi.”

“Tunggu sebentar. Pertama saya akan memberitahu dokter.”

“Terima kasih, petugas Maeda.”

Di dalam kamar mayat, dokter membuka satu kantong mayat.

“Masashi …”

Rumiko langsung tertunduk segera setelah ia melihat anaknya dan menangis.

Lalu ia menempatkan telinganya di dada Masashi untuk mendengarkan detak jantung.

Dia merasa aneh, kemudian terkejut, Rumiko merasakan detak jantung anaknya, ia tersenyum suka cita. Dokter dan semua orang merasa ada sesuatu yang salah.

“Ibu, apa yang terjadi padamu?”

Kazumi bertanya ringan.

“Nyonya, kami turut berbela sungkawa.”

Dokter telah sering melihat ini. Petugas hendak menghiburnya.

“Dia tidak mati. Dia masih hidup. Cepat, dokter, tolong selamatkan anakku. Masashi masih hidup!”
Dokter berfikir ini adalah kemungkinan terburuk. Dia menghela napas.

“Nonya, anak Anda benar-benar meninggal.”

“Tidak, dokter. Tolong selamatkan anaku. Dia masih memiliki detak jantung.”
Rumiko meraih tangan dokter.

“Apa?”

Semua orang terkejut. Dokter berjalan dengan tenang dan mengambil stetoskop seperti yang diminta. Tidak lama kemudian, wajahnya dipenuhi dengan rasa takut tak percaya. Ia memeriksanya lagi kemudian berlari keluar.

“Pindahkan pasien ini, dia masih hidup …”

Di UGD, anak laki-laki dengan wajah pucat berbaring di tempat tidur. Seorang wanita paruh baya tertidur di sisinya. Tiba-tiba ia membuka matanya dan melihat sekeliling, lalu menatap tangannya, menyentuh wajahnya dan berkata.

“Hal yang sama terjadi lagi. Berapa kali Dewa akan terus bermain-main denganku.”
Rumiko terbangun mendengar suara anaknya
“Masashi, kamu akhirnya bangun”

Dia menangis dalam sukacita.

“Kau ibunya?”

“Ada yang salah? Apakah kamu merasa tidak baik?”

Rumiko tidak bisa memahami apa yang anaknya katakan.

Dia baru sadar ia berbicara dalam bahasa Cina sementara wanita di depannya berbicara bahasa Jepang. Sepertinya ia sedang di Jepang. Ia mengorganisir pikirannya dan menjawab dengan bahasa Jepang yang fasih.

“Aku baik-baik. Jangan khawatir.”

“Kamu yakin? Kamu tidak merasa sakit?”

Masashi menggeleng sambil tersenyum.

“Tunggu di sini, ibu akan memanggil dokter.”

Rumiko merasakan ada sesuatu yang berbeda namun dia tidak berpikir banyak tentang hal itu.
Setelah benar-benar memeriksa tubuhnya,dokter menyimpulkan dia perlu istirahat karena luka pada perutnya. Selain itu, tidak ada masalah lain. Meskipun memorinya sedikit kacau, tapi itu kemungkinan karena kurangnya aliran darah ke otak akibat lukanya, tidak lama dia akan segera pulih. Rumiko lega dari mendengar hal itu.

“Kamu membuat ibu sangat khawatir.”

Mata wanita itu menjadi merah saat ia memikirkan dirinya. Masashi terasa tersentuh wanita itu begitu peduli dengannya. Lalu dia membuat keputusan.

“Ibu, aku tak apa. Aku benar-benar baik-baik saja.”

Sejak Masashi dibesarkan, ia tidak begitu peduli padanya. Meskipun ia berusaha bekerja keras untuk masa depan putra-putrinya, pekerjaannya memisahkan Rumiko dan kedua anaknya. Ia hanya bisa melihat mereka hanya beberapa kali dalam setahun.

Masashi menjadi lebih jauh dan jauh setiap kali mereka bertemu dan hanya akan meminta uang setiap kali ia pulang. Dia tidak bisa melakukan apa-apa tapi merasa kecewa.

Masashi mengusap air matanya dengan lembut. Pintu didorong terbuka. Kazumi datang dengan sekantong apel dan melihat ibunya menangis. Masashi mencari kenangan dan mengetahui bahwa ia adalah adiknya.

“Ibu, berhenti menangis atau kazumi akan sedih.”

“Dia mengusap air matanya.

“Kazumi, kamu di sini.”

“Ibu, kamu baik-baik saja?”

“Bodoh, memangnya apa yang bisa salah dengan ku. Seharusnya kamu menanyakan kabar kakakmu bukan Ibu.”

“Masashi, kamu lapar? Ibu akan pergi membeli beberapa bubur. Dokter mengatakan cedera Anda belum sembuh dan kamu hanyabisa makan makanan cair untuk saat ini. Tunggu sebentar, Ibu akan segera kembali. Kazumi, temani kakamu.”

“Ibu, Ibu hanya perlu meminta perawat untuk membelinya. Ibu sudah kelelahan sejak tiba disini. Ibu harus beristirahat.”

“Ibu aku tak lapar, Ibu tidak perlu repot”

Rumiko senang mendengar kata-kata ini.Kazumi terkejut melihat interaksi keduanya.

“Kau … Kau benar-benar Masashi?”

“Apa yang kamu katakan?”

Anak itu tersenyum.

“Aku … aku tidak tahu.”

“Tentu saja aku Masashi. Hirota Masashi. Aku tahu aku sangat mengerikan dengan mengatakan banyak hal yang buruk menyakiti perasaan mu dan Ibu. Setelah kejadian ini aku telah memikirkan banyak hal. Seperti yang kamu lihat, aku telah berubah. Dapatkah kamu menerima jawaban ini? aku juga ingin mengambil kesempatan ini untuk meminta maaf. Maukah kau memaafkan aku?”
Masashi bisa berbicara bahasa Jepang dengan fasih setelah seharian berbicara dengan Rumiko. Meskipun ada beberapa aksen tapi mereka tidak menyadarinya.

“Kamu … Kamu tidak perlu meminta maaf”

“Ayo, duduk. Apakah kamu tidak lelah?”

“Kazumi, kamu tahu, kita memiliki ibu yang baik. Aku dalam suasana hati yang buruk ketika aku bangun, tapi kali ini aku merasa sangat baik.”

Sabtu, 24 Desember 2016

Novel Awakening Bahasa Indonesia

Novel Awakening Bahasa Indonesia



Sinopsis:
Seorang ahli seni bela diri dari zaman dinasti Song hidup seperti Phoenix yang dapat hidup kembali dalam tubuh lain setelah kematian. Kali ini, ia terjadi untuk mengambil alih tubuh seorang anak SMA Jepang yang juga merupakan korban bullying dan memiliki sedikit keadaan keluarga yang rumit .



  • Novel Awakening Chapter 1 - chapter 2