Selasa, 25 Juli 2017

Novel Zhan Long 4 (Bertemu Lagi Dengan Sang Dewi) Bahasa Indonesia

Novel Zhan Long 4 - Bertemu Lagi Dengan Sang Dewi

Novel Zhan Long 4  (Bertemu Lagi Dengan Sang Dewi) Bahasa Indonesia

Memasuki tempat pelatihan, aku bisa melihat dua orang sedang betarung. Pedang mereka beradu, bertabrakan lagi dan lagi, lebih dari itu, mereka berdua tidak menggunakan pedang imitasi yang biasa digunakan untuk kompetisi, mereka menggunakan pedang seperti Xiao Hei – sebuah pedang biasa yang besar dan berat!

Salah satu dari mereka mengenakan sebuah pakaian hitam, penampilannya terlihat seperti orang penting. Beberapa saat kemudian, di bibirnya terbentuk sebuah senyuman. Hanya satu tebasan dari pedangnya mampu membuat semua serangan lawan menjadi tidak berguna. Dia memiliki aura layaknya seorang pemenang. Tidak perlu repot-repot memikirkan tentang semua itu, orang ini pastinya adalah majikanku, CEO legendaris dari Korporasi Tian Xi.

Wang Xin menarikku kedepan, lalu ia berteriak :”Direktur Lin, Aku sudah membawa orang yang telah aku beritahukan padamu sebelumnya!”

Pria itu pun menghentikan pedangnya, berbalik ke arahku dan tersenyum. “Kapten Wang! Akhirnya kau datang juga. Tunjukkan kepadaku kemampuan orang yang kau rekomendasikan ini. Kau banyak memujinya, sekarang tunjukkan padaku apa yang dia bisa!”

Wang Xin menunjuk ke arahku , lalu berkata :”Ini orang yang pernah kuceritakan padamu- Li Xiao Yao. Xiao Li, ini adalah CEO dari korporasi Tian Xi, Li Tian Nan, ayo perkenalkan dirimu.”

Lin Tian Nan melihat kearahku, matanya terlihat kosong. Dia menyodorkan tangannya, sambil tersenyum. “Anak muda, senang bertemu denganmu!”

Aku pun menerima tangannya dan bersalaman : ”Terimakasih!”

Untungnya dia tidak menggunakan tenaga berlebihan ketika menyalami tanganku. Apabila ia, maka tempat ini pasti sudah menjadi kolam berdarah!

Seseorang dengan pakaian putih yang ada di samping Lin Tian Nan melihat kearahku dan tersenyum angkuh. “Memangnya bisa apa orang seperti dia?” dia berkata.

Kapten Wang tersenyum dan menjawab : “Setelah kamu mengujinya, kau akan tahu sendiri.

Lin Tian Nan terlihat setuju, lalu berkata : Li Xiao Yao, ini adalah adik ke-3 ku, Lin Feng. Lin Feng, mengapa tidak kau uji saja kemampuan anak muda ini?”

Lin Feng mengangguk, lalu dia berjalan kearahku sambil memegang pedang ditangannya.”Apa kau tahu cara menggunakan senjata api dengan efektif?

“Tentu saja, aku terlatih dalam pertarungan jarak jauh maupun jarak dekat.”

“Apa kau bisa menggunakan pedang?”

“Yap, aku juga berpengalaman dalam hal itu.”

“Bagus, sekarang mari kita lihat kemampuanmu dalam menggunakan pedang.”

Setelah mengatakan itu, Lin Feng mengangkat tinggi , tatapan matanya menghina. Dua orang pengawal membawa sebuah balok semen berukuran besar. Balok itu juga mempunyai batangan baja didalamnya, tetapi untungnya batangan baja itu sudah mulai berkarat.

Lin Feng tersenyum, dan berkata:”Satu tebasan pedang untuk memotongnya menjadi dua, kau bisa?”
Setelah mengatakan itu, ia mengayunkan pedangnya dan tercipta sebuah suara klang yang keras. Balok semen tersebut terbelah dua dan jatuh ke tanah.

Kapten Wang memujinya : “Sempurna sekali. Li Xiao Yao, sekarang giliranmu untuk mencoba.”

Aku maju kedepan tanpa peduli apapun, lalu menerima pedang baru dari Lin Feng. Tersenyum, lalu kutebaskan pedangku. Kaa ching, pedang itu pun memotong bersih balok semen itu menjadi dua.

Lin Feng terlihat sedikit terkejut, lalu berkata : “Bagus, ayo kita lanjutkan!”

Tiba-tiba Lin Tian mengatakan hal sebaliknya. “Lin Feng, kau tidak perlu mengujinya lagi. Li Xiao sangat jelas lebih kuat darimu.”

“Kakak, apa maksudmu?”tanya Lin Feng kebingungan.

Lin Tian berjalan mendekat, lalu menunjuk mata pedang Lin Feng. “Adik ketiga, walaupun kau berhasil memotong balok semen itu menjadi dua, mata pedangmu sedikit tercuil. Lihat pedang milik Xiao Yao. Material kedua pedang ini sama, namun setelah dia memotong balok semen itu menjadi dua, mata pedangnya tetap dalam keadaan baik. Apa kau sudah mengerti perbedaan diantara kekuatan kalian berdua sekarang?”

Lin Feng terdiam. “Bagaimana bisa?..”

Lin Tian Nan tersenyum tipis lalu berkata : ”Kau menggunakan tenaga yang besar untuk memotong benda itu menjadi dua. Sedangkan dia mengontrol mata pedangnya dengan tenaga dalamnya, mengalirkannya ke pedang tersebut dan memotong balok tersebut menjadi dua. Jadi sebenarnya bukan pedangnyalah yang memotong balok tersebut menjadi dua, melainkan tenaga dalamnya. Sekarang kau sudah mengerti? Baiklah kalau begitu. Li Xiao Yao, karena kau direkomendasikan oleh kapten Wang, aku tidak perlu menguji kualitas dan perilakumu. Besok, kau akan mengawal anak perempuanku dan mendaftarkan diri di Universitas Liu Hua. Karena dia baru akan masuk ke tahun pertamanya, maka kamu juga akan mendaftar di tahun pertama. Nanti sore, aku akan mengirim seseorang untuk membantu dirimu untuk dapat diterima di universitas.

“Universitas Liu Hua…. Tahun Pertama…”

Pikiranku acak-acakan. “Tuan Lin, aku ini sudah berumur 25 tahun, apakah anda tidak merasa bahwa aku ini tidak cocok untuk masuk menjadi mahasiswa tahun pertama?”

“Tidak ada masalah, kau mungkin punya aura seperti orang tua, tapi kau tetap bisa memiliki jiwa yang muda.”

“…”

Begitu saja, kami meninggalkan tempat pelatihan, Xiao Hei ku berada di tangan. Sambil duduk di mobil polisi, kapten Wang memberiku instruksi: ”Universitas Liu Hua adalah universitas kelas atas yang terkenal, sejujurnya biaya kuliahnya sangat mahal. Pertama akan kuberitahu kau, biaya sekolahmu ditanggung oleh departemen kami. Tetapi kalau kau menyelesaikan semester ini dengan 7 rapor merah, kau bisa mempersiapkan kematianmu!”

Sekarang aku merasa menyesal karena menerima perkejaan ini. “Aku tidak mau lagi melanjutkan hidupku..”

“Tidak ada jalan keluar, kalau kau gagal menepati janjimu, aku pastikan kau dipenjara selama 10 tahun!”

Karena ini adalah pekerjaan baru, aku masih merasa kurang nyaman. 10000RMB yang kudapat dari kapten Wang kusimpan didalam kepalan tanganku. Setelah ini aku akan mencari sebuah apartemen didekat universitas. Apapun yang terjadi, akan kuurus ketika waktunya tiba.

Sambil membawa barang bawaanku, aku berjalan ke gerbang universitas. Dari kejauhan, lingkungan sekolah terlihat nyaman. Aku memegang Xiao Hei di tanganku, sembari itu aku juga berjalan mengelilingi kampus sebelum akhirnya masuk ke daerah penginapan disamping wilayah kampus. Aku berputar-putar hingga akhirnya aku melihat sebuah poster iklan yang tertempel di tiang listrik. Kutelpon nomor yang tertera di poster itu, lalu tanpa kusadari aku sudah sampai dan sedang mengetuk pintu apartemen yang kutuju. Beberapa saat kemudian, seorang wanita berukuran 100kg muncul lalu tersenyum bahagia. “Kau sedang mencari apartemen kan? Masuklah!”

Seketika aku masuk, secara spontan aku mengernyitkan alisku. Banyak kupasan kulit melon bertaburan di ruang keluarga, namun bukan itu masalahnya. Yaitu,ada bagian paling menjijikan adalah sebuah kondom Durex bekas yang tergeletak di lantai. Yang muncul di pikiranku pertama kali adalah perasaan jijik. Sangat menjijikan!

“Bagaimana kondisi pada malam hari disini? Apakah berisik?” tanyaku.

Aku harus berhati-hati soal ini. Situasi tempat tinggalku yang sebelumnya benar-benar tidak tertahankan, itu merupakan tempat untuk orang-orang yang tertantang secara mental. Aku yang setiap hari selalu berharap 34D adalah tetangga seapartemenku, mendapat kenyataan pahit bahwa tetanggaku adalah seorang paman tua gendut yang bermain Er Hu (alat musik) sampai pukul 3 di pagi hari.

Semuanya masih bisa ditolerir minggu lalu, tapi minggu ini semuanya menjadi benar-benar buruk!

Setiap hari aku bekerja pada shift pagi, siang dan dan malam. Ketika pulang, aku masih harus mendengarkan ocehan paman tua itu. Jikalau air laut mampu menghapus keraguanku, aku lebih berharap air itu menyingkirkan paman tua ini terlebih dahulu.

Tenggelam dalam pikiranku sendiri untuk beberapa saat, pemilik apartemen menyadarkanku dengan berkata: “Kondisinya tidak terlalu buruk dan juga tidak terlalu ribut. Kau harus memasuki ruanganmu dan melihatnya sendiri.”

Aku menganggukkan kepalaku dan masuk. Ketika aku memasuki ruangan, terdengar suara kasur yang berdecit dari ruangan sebelah. Setiap beberapa saat, terdengar suara desahan wanita. Mendengarkannya, wajahku langsung memerah. Maaf karena aku tak bisa menahannya, aku belum pernah punya pacar!

“Berapa biayanya?” tanyaku.

“Tiga bilik ruangan dan itu ruang apartemen terakhir pula, aku akan memintamu membayar 400RMB. Selain itu aku juga meminta kau untuk membayar biaya 3 bulan secara langsung sebagai jaminan, jadi totalnya adalah 1600RMB!” balas pemilik apartemen.

Aku menggelengkan kepalaku : “Bukannya itu terlalu mahal? Lihatlah dulu keadaan tempat ini. Apa kau masih mau memintaku membayar 400 untuk sebulan?”

“Segitulah harga standar tempat ini, kalau kau mau lihat-lihat tempat lain, harganya juga seginian. Ini tidak terlalu mahal, kau bisa pikirkan sendiri. Kalau tidak mau bisa kuberikan ruangan ini untuk orang lain.”

Aku mengernyitkan alisku, lalu berjalan ke arah jendela. Aku membuka gorden pada jendela itu, terlihat seorang wanita telanjang yang bersenandung dengan ceria pada bangunan diseberang.

Aku langsung berpaling dan berkata : ”Aku akan menyewa tempat ini!”

Keesokan paginya, aku bangun seperti biasanya, lalu kukenakan pakaianku, lalu keluar sambil membawa sebuah tas kecil. Tempat ini akan jadi rumahku untuk beberpaa waktu.

Tanggal 25 Agustus adalah hari pendaftaran untuk universtias Liu Hua.

Ketika aku sampai di depan gerbang, sudah terlihat kerumuman orang.

Handphoneku berdering. Kapten Wang ternyata, dia memintaku untuk menunggu di sisi kanan gerbang untuk menemuinya. Aku pun bertemu dengannya, sambil melihat ke arah kerumunan aku bertanya :”Kapten Wang, mengenai orang yang harus kukawal, seperti apakah dia?”

Kapten Wang tersenyum, lalu menjawabku: “Aku juga tidak tahu pasti, tapi menurut rumor yang beredar, anak perempuan Lin Tian Nan itu sangatlah cantik, bahkan lebih cantik dari bintang-bintang yang sering tampil di TV!”

Aku mengangguk,”Baguslah….”

Tidak lama kemudian, sebuah mobil Lincoln berhenti dan dari dalamnya keluar seorang mahasiswa perempuan yang dikawal oleh beberapa pengawal. Dia masuk kedalam lingkungan sekolah dari kejauhan. Orang yang berdiri di depannya adalah ornag yang kukenal, yaitu Lin Feng.

Kerumunan pun membukakan jalan, seorang gadis cantik yang mengenakan rok pendek berjalan, sambil memegang barang bawaan. Rambut panjangnya menari mengikuti hembusan angin. Wajah cantiknya yang memikat terlihat dari dalam kerumunan, dengan cepat, keberadaannya menarik pandangan semua orang di sekitarnya. Sepasang matanya yang cantik terbelalak, dia memandang ke arahku dengan dingin. “Jadi kamu rupanya…

Tubuhku sedikit gemetar, hatiku berteriak dari lubuk yang paling dalam :”Kenapa bisa orang ini lagi? Orang yang mesti kulindungi adalah dewi 34D lagi! Mampuslah aku, hidupku sudah berakhir.”

Lin Feng tersenyum, lalu berkata :”Oh, jadi kalian kenal satu sama lain? Li Xiao Yao, ini adalah orang yang harus kau temani di Universitas, dia adalah permata kakakku yang paling berharga, Lin Wan Er! Wan Er, kesini dan berkenalanlah!”

Lin Wan Er bergerak maju, sambil memegang barangnya. Roknya menari mengikuti hembusan angin, sepasang kaki yang menghipnotis dan seputih seperti salju terlihat dengan jelas. Wajahnya dipenuhi dengan senyuman yang memika, lalu dia berkata dengan wajah senang : “Li Xiao Yao, senang berkenalan denganmu.”

Percakapan formal ini seharusnya terdengar nyaman, tapi aku hanya bisa mendengar suara dari seorang pembunuh. Ini bulan Agustus dan cuaca harusnya terasa hangat, tetapi tubuhku kedinginan. Oh tuhan, hilang sudah masa depanku.

Aku mengangguk, lalu berkata :”Wan Er, aku juga senang berkenalan denganmu….”

“Ayo, mari kita mendaftar.”

Dia menarik kerahku dan menarikku ke tempat administrasi. Bersamaan dengan itu, dia memerhatikan tas hitam yang ada di tanganku, lalu bertanya :

”Ini apa?”

“Ini teman kencanku!”

“Mm…”

Dewi 34D, ..ermm , bukan.. Lin Wan Er tersenyum, dia pun memalingkan tubuhnya dan melambaikan tangan pada para pengawal. “Baiklah, sekarang aku sudah aman, kalian bisa kembali sekarang. Paman Lin Feng, kau juga bisa pulang !”

Lin Feng dan para pengawal pergi untuk minum teh, sedangkan aku di bawa oleh Lin Wan Er berkeliling. Karena aku belum pernah belajar di universitas sebelumnya, kehadirannya benar-benar membantu.

Sesampainya di meja pendaftaran, Lin Wan Er memberikan surat tanda penerimaan, disitu tertulis : “Jurusan sastra Cina, Lin Wan Er, dan juga…. oh.. Jurusan sastra Cina, Li Xiao Yao.”

Ketika guru yang bertugas mengangkat wajahnya, mulutnya menganga. Salivanya keluar, lalu dia berkata: “Oh, kau ditempatkan di asrama mahasiswa wanita pertama, apa kau ingin kutunjukkan jalannya?”

Lin Wan Er tersenyum, matanya bersinar dan terbuka lebar :”Tidak perlu. Beritahu aku dimana ruangan Li Xiao Yao? Aku akan ditemaninya dan aku bisa mencari tempatku sendiri.”

Guru tadi langsung mengusap salivanya, lalu berkata: “Li Xiao Yao berada di asrama mahasiswa pria kedua, tempat kalian berada cukup dekat.”

“Oh terimakasih, pak guru.”

“Lin Wan Er, tolong tinggalkan aku sebuah pesan…”

Memasuki blok pertama asrama wanita, ruangan Lin Wan Er ada di lantai keempat. Karena tidak ada orang di sekitar, aku membawakan tasnya menaiki tangga, lalu membantunya menaruh barang-barangnya. Setelah itu aku berkata :”Nona Lin, kau paling tidak harus memberikan nomormu agar lebih mudah untuk menghubungimu.”

“Baiklah!”

Setelah bertukar nomor Lin Wan Er membuka kopornya. Dia mengeluarkan dua buah helm, satunya berwarna putih dan yang lainnya berwarna merah. Dia memegang helm berwarna merah dan menyodorkannya padaku : ”Ini.. , untukmu.”

Aku terkejut. “I-ini… , ini helm “Destiny” kan?

Lin Wan Er membalas : “Ayah bilang agar memintamu untuk memainkan game ini juga, jadi kamu bisa mengawasiku di dunia virtual juga. Kamu sudah mengerti kan?

Aku mengangguk, lalu kuambil helm itu. Aku pun bertanya: ”Nona, apa kau membenciku?”

Lin Wan Er menggigit bibirnya, dia melihat kedalam mataku sambil melipat kedua tangannya. Gunung kembarnya terlihat jelas, lalu ia tersenyum, berkata :”Pertanyaan ini, aku juga tidak tahu harus menjawab apa, jadi akan kujawab dengan perilakuku nanti. Kembalilah ke asramamu.”

Keluar dari asrama putri, aku memegang erat helm merah tadi di tanganku. Ini helm edisi terbatas! Hatiku benar-benar gembira, lalu aku berangan: “Masabodo, memangnya aku peduli bahwa kau membenciku atau tidak, jalanku untuk mengalahkan “Destiny” tidak bisa dihalangi!


Terimakasih, anda baru saja membaca Novel Zhan Long 4  Bertemu Lagi Dengan Sang Dewi dengan terjemahan Bahasa Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar